“Sahabat Sejati” adalah sebuah sosok yang
selalu didambakan oleh setiap manusia. Hal tersebut merupakan refleksi atas
fitrah manusia yang selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk
sosial, yang saling membutuhkan satu sama lain. Jika kita mencari seseorang
yang mau hidup menyendiri selamanya, maka kita akan menemukan 1 dari seribu
orang yang menolaknya, atau bahkan nihil. Karena walau bagaimanapun, sebagai
makhluk sosial tentu saja seseorang akan selalu membutuhkan bantuan dan
dibutuhkan bantuannya oleh orang lain, minimal untuk berdialog, diskusi,
berbagi ide, atau sekedar berbagi rasa (sharing).
Islam
juga telah menjelaskan arti pentingnya sebuah persaudaraan. Dalam sebuah
sabdanya Rasulullah saw mengatakan, “Seorang mukmin dengan mukmin yang
lainnya ibarat sebuah bangunan, dimana bagian yang satu akan menguatkan bagian
yang lainnya.”
Persahabatan
adalah bagian dari sebuah hubungan persaudaraan. Untuk itu, sudah selayaknyalah
bagi kita untuk menjaga dan mengikat tali persahabatan tersebut dengan kuat.
Untuk menjaga tali persahabatan ini agar tetap kokoh tentu saja diantara
keduanya harus saling mengenal karakter masing-masing sahabatnya. Hal itu
mutlak diperlukan untuk menguatkan sebuah tali persahabatan. Ibarat kata
pepatah “Tak kenal maka tak sayang”, kalau kita tidak mengenal sahabat kita
dengan baik, bagaimana mungkin kita akan saling menyayangi. Dan kalau tidak ada
rasa kasih sayang antar sahabat, lalau bagaimana mungkin tali persahabatan akan
dapat terikat dengan kuat.
Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya telah memberikan tips atau pandangan secara global
mengenai sifat persahabatan, diantaranya adalah:
·
Jika engkau berbuat
baik kepadanya maka ia juga akan senantiasa melindungimu.
·
Jika engkau merapatkan
ikatan persahabatan dengannya maka ia akan membalas dengan baik persahabatanmu
itu.
·
Jika engkau memerlukan
pertolongan darinya, maka ia akan berusaha untuk membantu sesuai dengan
kemampuannya.
·
Jika engkau menawarkan
berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambutnya dengan baik.
·
Jika ia memperoleh
kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
·
Jika ia melihat sesuatu
yang tidak baik darimu (aib), maka ia akan berupaya untuk menutupinya.
·
Jika engkau meminta
suatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan bersungguh-sungguh.
·
Jika engkau berdiam
diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang tengah
kau hadapi.
·
Jika bencana datang
menimpamu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
·
Jika engkau berkata
benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
·
Jika engkau
merencanakan suatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencanamu
itu.
·
Jika kalian berdua
sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang
mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan itu.
Itulah
beberapa poin mengenai ciri-ciri seorang sahabat sejati yang diberikan oleh
Imam Al-Ghozali. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan akan adanya
perkembangan akan poin-poin di atas yang meluas berdasarkan perkembangan
waktu/zaman. Yang perlu kita pegang teguh adalah “Selamanya, sahabat sejati
akan selalu membawa kita kepada hal-hal yang positif, yang dapat meningkatkan
kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah”. “Sahabat Sejati” adalah sebuah sosok yang
selalu didambakan oleh setiap manusia. Hal tersebut merupakan refleksi atas
fitrah manusia yang selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk
sosial, yang saling membutuhkan satu sama lain. Jika kita mencari seseorang
yang mau hidup menyendiri selamanya, maka kita akan menemukan 1 dari seribu
orang yang menolaknya, atau bahkan nihil. Karena walau bagaimanapun, sebagai
makhluk sosial tentu saja seseorang akan selalu membutuhkan bantuan dan
dibutuhkan bantuannya oleh orang lain, minimal untuk berdialog, diskusi,
berbagi ide, atau sekedar berbagi rasa (sharing).
Islam
juga telah menjelaskan arti pentingnya sebuah persaudaraan. Dalam sebuah
sabdanya Rasulullah saw mengatakan, “Seorang mukmin dengan mukmin yang
lainnya ibarat sebuah bangunan, dimana bagian yang satu akan menguatkan bagian
yang lainnya.”
Persahabatan
adalah bagian dari sebuah hubungan persaudaraan. Untuk itu, sudah selayaknyalah
bagi kita untuk menjaga dan mengikat tali persahabatan tersebut dengan kuat.
Untuk menjaga tali persahabatan ini agar tetap kokoh tentu saja diantara
keduanya harus saling mengenal karakter masing-masing sahabatnya. Hal itu
mutlak diperlukan untuk menguatkan sebuah tali persahabatan. Ibarat kata
pepatah “Tak kenal maka tak sayang”, kalau kita tidak mengenal sahabat kita
dengan baik, bagaimana mungkin kita akan saling menyayangi. Dan kalau tidak ada
rasa kasih sayang antar sahabat, lalau bagaimana mungkin tali persahabatan akan
dapat terikat dengan kuat.
Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya telah memberikan tips atau pandangan secara global
mengenai sifat persahabatan, diantaranya adalah:
·
Jika engkau berbuat
baik kepadanya maka ia juga akan senantiasa melindungimu.
·
Jika engkau merapatkan
ikatan persahabatan dengannya maka ia akan membalas dengan baik persahabatanmu
itu.
·
Jika engkau memerlukan
pertolongan darinya, maka ia akan berusaha untuk membantu sesuai dengan
kemampuannya.
·
Jika engkau menawarkan
berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambutnya dengan baik.
·
Jika ia memperoleh
kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
·
Jika ia melihat sesuatu
yang tidak baik darimu (aib), maka ia akan berupaya untuk menutupinya.
·
Jika engkau meminta
suatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan bersungguh-sungguh.
·
Jika engkau berdiam
diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang tengah
kau hadapi.
·
Jika bencana datang
menimpamu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
·
Jika engkau berkata
benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
·
Jika engkau
merencanakan suatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencanamu
itu.
·
Jika kalian berdua
sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang
mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan itu.
Itulah
beberapa poin mengenai ciri-ciri seorang sahabat sejati yang diberikan oleh
Imam Al-Ghozali. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan akan adanya
perkembangan akan poin-poin di atas yang meluas berdasarkan perkembangan
waktu/zaman. Yang perlu kita pegang teguh adalah “Selamanya, sahabat sejati
akan selalu membawa kita kepada hal-hal yang positif, yang dapat meningkatkan
kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah”.“Sahabat Sejati” adalah sebuah sosok yang
selalu didambakan oleh setiap manusia. Hal tersebut merupakan refleksi atas
fitrah manusia yang selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk
sosial, yang saling membutuhkan satu sama lain. Jika kita mencari seseorang
yang mau hidup menyendiri selamanya, maka kita akan menemukan 1 dari seribu
orang yang menolaknya, atau bahkan nihil. Karena walau bagaimanapun, sebagai
makhluk sosial tentu saja seseorang akan selalu membutuhkan bantuan dan
dibutuhkan bantuannya oleh orang lain, minimal untuk berdialog, diskusi,
berbagi ide, atau sekedar berbagi rasa (sharing).
Islam
juga telah menjelaskan arti pentingnya sebuah persaudaraan. Dalam sebuah
sabdanya Rasulullah saw mengatakan, “Seorang mukmin dengan mukmin yang
lainnya ibarat sebuah bangunan, dimana bagian yang satu akan menguatkan bagian
yang lainnya.”
Persahabatan
adalah bagian dari sebuah hubungan persaudaraan. Untuk itu, sudah selayaknyalah
bagi kita untuk menjaga dan mengikat tali persahabatan tersebut dengan kuat.
Untuk menjaga tali persahabatan ini agar tetap kokoh tentu saja diantara
keduanya harus saling mengenal karakter masing-masing sahabatnya. Hal itu
mutlak diperlukan untuk menguatkan sebuah tali persahabatan. Ibarat kata
pepatah “Tak kenal maka tak sayang”, kalau kita tidak mengenal sahabat kita
dengan baik, bagaimana mungkin kita akan saling menyayangi. Dan kalau tidak ada
rasa kasih sayang antar sahabat, lalau bagaimana mungkin tali persahabatan akan
dapat terikat dengan kuat.
Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya telah memberikan tips atau pandangan secara global
mengenai sifat persahabatan, diantaranya adalah:
·
Jika engkau berbuat
baik kepadanya maka ia juga akan senantiasa melindungimu.
·
Jika engkau merapatkan
ikatan persahabatan dengannya maka ia akan membalas dengan baik persahabatanmu
itu.
·
Jika engkau memerlukan
pertolongan darinya, maka ia akan berusaha untuk membantu sesuai dengan
kemampuannya.
·
Jika engkau menawarkan
berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambutnya dengan baik.
·
Jika ia memperoleh
kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
·
Jika ia melihat sesuatu
yang tidak baik darimu (aib), maka ia akan berupaya untuk menutupinya.
·
Jika engkau meminta
suatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan bersungguh-sungguh.
·
Jika engkau berdiam
diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang tengah
kau hadapi.
·
Jika bencana datang
menimpamu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
·
Jika engkau berkata
benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
·
Jika engkau
merencanakan suatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencanamu
itu.
·
Jika kalian berdua
sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang
mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan itu.
Itulah
beberapa poin mengenai ciri-ciri seorang sahabat sejati yang diberikan oleh
Imam Al-Ghozali. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan akan adanya
perkembangan akan poin-poin di atas yang meluas berdasarkan perkembangan
waktu/zaman. Yang perlu kita pegang teguh adalah “Selamanya, sahabat sejati
akan selalu membawa kita kepada hal-hal yang positif, yang dapat meningkatkan
kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar